Kamis, 22 September 2011

JURNAL PESERTA DIDIK DALAM PERUBAHAN

PESERTA DIDIK DALAM PERUBAHAN

Nama                    : Ignasius Bagus Asmarianto
NIM                      : 09 313 151
Jurusan               : Pendidikan Fisika, FMIPA, UNIMA
Alamat E-mail       : fisikaignasius@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran yang menjadi fokusnya adalah peserta didiknya. Peserta didik merupakan sumberdaya utama yang terpenting dalam proses pendidikan formal. Tidak ada peserta didik, tidak ada guru. Peserta didik bisa belajar tanpa guru, sebaliknya guru tidak bisa mengajar tanpa peserta didik. Karenanya, kehadiran peserta didik menjadi keniscayaan dalam proses pendidikan formal atau pendidikan yang dilembagagakan dan menuntut interaksi antara pendidik dan peserta didik, tentu saja optimasi pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diragukan perwujudanya, tanpa guru yang profesional. Sebenarnya siapakah peserta didik itu? sebutan “peserta didik” ini dilegitiminasi  dalam produk hukum pendidikan di indonesia. Agaknya, sebutan “ peserta didik” itu mengartikan sebutan “siswa” atau “murid” atau “pelajar” atau “ student”. Akan tetapi, kalau benar sebutan “peserta didik” merupakan padaan kata “siswa” dan sebutan yang terakhir ini untuk mereka yang belajar pada jenjang sekolah menengah kebawah ; oleh karena dalam tradisi kita, mereka yang belajar diperguruan tinggi disebut mahasiswa, apa ini akan disebut “peserta didik “?. Dengan demikian, pengertian kata “siswa” menjadi “peserta didik” agak lebih pada kebijakan untuk seakan-akan ada reformasi pendidikan di negara kita ini. Pada sisi lain, didalam literatur akademik, sebutan peserta didik (education participant) pada umumnya berlaku untuk pendidikan  orang dewasa (adult education), sedangkan untuk pendidikan “konvesional” disebut siswa. Tentu saja tidak tabu untuk menyebut kata “siswa”, ”murid”, ”orang tua siswa”, ”orang tua murid”, ”wali siswa”, dan sebagainya sesuai dengan konteksnya. Di dalam UU No.2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal ataupun non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa yang memiliki jumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya Kognitif, Belajar lingkungan (fungsi Keluarga, hubungan orang tua, sosial ekonomi, sekolah/pendidikan, dan teman sebaya), dan Etologi.
 Kata Kunci: Peserta didik, perubahan fisik, perubahan psikis.

PENDAHULUAN

Dalam dunia pendidikan setiap perubahan-perubahan peserta didik merupakan dari proses perkembangan. Dalam proses perubahan ini tidak terlepas dari empat aspek perkembangan peserta didik, yaitu aspek perkembangan fisik, (motorik), emosi, kognitif dan psikososial .
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi. membahas tentang perkembangan kognitif berarti membahas tentang perkembangan individu dalam berfikir atau proses kognisi atau proses mengetahui. Dalam psikologi, proses mengetahui dipelajari dalam bidang psikologi kognitif. Begitu juga dengan dengan perkembangan psikososial Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat empat  berkembang secara seimbang.  Semua ini didasari oleh pendidikan yang dijalani oleh peserta didik, perubahan peserta didik dalam hal ini tidak lepas dari keempat aspek diatas.

TINJAUAN PUSTAKA/KAJIAN TEORI

Peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal ataupun non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu (UU No.2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ). Dengan mengikuti pemikiran filsuf kuno, Bas van Rijken (2009) berpendapat bahwa manusia, termasuk peserta didik, terdiri dari unsur atau dimensi yaitu fisik, nurani dan pemikiran. Fisik manusia adalah penampakan dipermukaan: jangkung, pendek, berkulit sawo matang, berambut ikal, bermuka lonjong, berhidung mancung, berbadan tegap, bemata sipit, beralis tebal, dan sebagainya. Dari sisi energi yang dikeluarkan, fisik manusia merupakan sosok yang paling taat menerima perintah dari otak, baik berupa “kata hati” maupun “kata nalar”, bahkan yang bersifat refleks.
Dalam perubahan peserta didik tidak lepas dari beberapa aspek perkembangan dalam arti perubahan  yaitu fisik, (motorik), emosi, kognitif dan psikososial.
Menurut Catherine (2010) perkembangan fisik dimaksud antara lain mencakup perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh, tubuh, penampilan, serta fungsi berbagai sistem tubuh. Menyertai perumbuhan dan perkembangan terjadi juga perkembangan otak, persepsi, kapasitas motor, dan kesehatan fisik. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik sangat unik karena semua perubahan yang dilihat terlewati hampir setiap mereka yang normal.
Robert Macfarlane (1999) peserta didik memiliki tiga pusat kesadaran yang bagian-bagiannya bisa dikembangkan. Pertama, kesadaran fisik, berupa sensasi fisik, dorongan , dan kebutuhan yang mendesak. Kedua kesadaran mental, seperti sifat gugup, dorongan psikologis, perasaan dan emosi. Termasuk didalamnya kesadaran diri , kesadaran atau pengetahuan , dan kemauan atau itikad baik . ketiga kesadaran spiritual atau rohani berupa intuisi spiritual, kebijaksanaan dan dorongan kekuasaan yang dalam banyak kasus belum berkembang sepenuhnya.
Emosi adalah Suatu keadaan yang kompleksi dapat berupa perasaan / pikiran yang di tandai oleh perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Menurut para ahli Pengertian Menurut Goleman Bahasa “emosi” merujuk pada suatu perasaan atau pikiran. Pikirin khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta rangkaian kecenderungan untuk bertindak”.
Menurut Syamsuddin Mengemukakan“emosi”merupakan suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang meyertai atau muncul sebelum atau sesudah terjadinya suatu perilaku.
Anak-anak yang sering mengalami gangguan misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik orang tuanya sendiri atau orang lain, anak-anak yang sering mengalami gangguan semacam itu selalu merupakan masalah bagi para psikiater  kurang lebih 20-25 % yang menderita gangguan tersebut. Menurut hasil penelitian Pittsburgh diperoleh informasi bahwa 22 % dari 789 anak usia 7-11 tahun sering mendapat perawatan dari seorang psikiater yang menyimpulkan masalah-masalah pada tahun pertama (costello er al ,1988).

Dalam perkembangan kognitif kebanyakan peserta didik mencapai tahap operasi formal (formal operation) versi Piaget pada usia sekitar 12 tahun atau lebih dimana mereka mengembangkan alat baru untuk memanipulasi informasi. Pada fase sebelumnya, ketika masih sebagai sebagai anak-anak mereka hanya bisa berfikir konkret. Ketika masuk ketahap operasi formal mereka bisa berfikir abstrak dan deduktif. Peserta didik dalam tahap ini juga dapat memperimbangkan kemungkinan masadepan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis, dan menarik kesimpulan atas kejadianyang mereka tidak mengalami secara langsung.
Menurut Erik Erikson (1963), ada 4 tahap perkembangan psikosial anak, antara lain:
ü Trust Vs Mistrust (Dari Sejak Lahir-1 Tahun)
ü  Autonomy Vs Shame And Doubt (Antara 2-3 Tahun)
ü  Inisiative Vs Guilt (Antara 4-5 Tahun)
ü Industry Vs Inferiority (6-11 Tahun)
Perkembangan Psikosial Anak
Secara ringkas, Piaget berteori bahwa selama perkembangannya, manusia mengalami perubahan-perubahan dalam struktur berfikir, yaitu semakin terorganisasi, dan suatu struktur berpikir yang dicapai selalu dibangun pada struktur dari tahap sebelumnya. Perkembangan yang terjadi melalui tahap-tahap tersebut disebabkan oleh empat faktor: kematangan fisik, pengalaman dengan objek-objek fisik, pengalaman sosial, dan ekuilibrasi.
Pengalaman membawa kemajuan kognitif melalui proses asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi dan amomodasi membantu anak-anak beradaptasi terhadap lingkungannya karena melalui proses-proses tersebut pemahaman mereka mengenai dunia semakin dalam dan luas. Dengan demikian, jelas bahwa Piaget memandang anak-anak sebagai organisme aktif dan self-regulating yang berubah melalui interaksi antara pembawaan lahir (innate) dengan faktor-faktor lingkungan (Hetherington & Parke, 1986; Seifert & Hoffnung, 1987; Papalia & Olds, 1988; Miller, 1993).

PEMBAHASAN
Didalam UU No.2 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal ataupun non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik juga didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa yang memiliki jumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan.Dalam hal ini perkembangan peserta didik merupakan segala perubahan yang terjadi pada usia anak, yaitu pada masa:
  • Infancy toddlerhood (usia 0-3 tahun)
  • Early childhood (usia 3-6 tahun)
  • Middle childhood (usia 6-11 tahun)
Perubahan yang terjadi pada diri anak tersebut meliputi perubahan pada aspek berikut:
  • Fisik (motorik)
  • Emosi
  • Kognitif
  • Psikososial
  • Psikomotor
Aspek-Aspek Perkembangan Anak
  1. Perkembangan Fisik (Motorik)
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
    • Perkembangan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
    • Perkembangan motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh gerakan motorik halus.
  1. Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya, dan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional peserta didik ,oleh karena itu perkembangan emosi dapat dibagi yaitu :
ü  Gangguan Emosional Pada Peserta Didik
Terdapat gangguan emosional pada peserta didik sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan peserta didik untuk melakukan kegiatan. Antara lain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam haridiluar rumah ; takut berhadapan dengan seorang dokter karena pernah mendapatkan pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis); karena tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga peserta didik takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun dengan orang lain.
ü  Beberapa Tipe Masalah Emosional
Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada prilakunya ; mereka menunjukan suatu perbuatan yang seringkali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya, berkelahi, berbohong, mencuri, merusak hak milik, dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu.
ü  Gangguan Kecemasan
Berbagai gangguan kecemasan dimulai pada masa kanak-kanak. Gangguan keinginan tersebut dapat berupa gangguan keinginan terpisah dan ketakutan (phobia) sekolah. Gangguan-gangguan terpisah dari orang nyang terdekat disebabkan berbagai hal yang berbeda-beda, dan dapat berakibat anak mengalami sakit kepala, sakit perut dan sebagainya. Anak-anak yang menerima gangguan keinginan semacam ini sering kali tidak mau bergaul dan selalu suka untuk menyendiri dan selalu peduli dengan masalahnya itu.
ü  Takut Sekolah
Suatu ketakutan yang tidak realistik apabila seorang peserta didik tidak mau sekolah, mungkin kondisi semacam ini juga merupakan suatu keinginanterpisah. Ketakutan terhadap guru yang keras (galak) atau mendapat tugas yang berat di sekolah. Ketakutan anak tersebut adalah wajar, hal ini bukanya disebabkan oleh anak melainkan lingkungan yang tidak kondusif, oleh karena itu suasan sekolah perlu diubah.
ü  Kematangan Sekolah
Kematangan sekolah merupakan suatu kondisi dimana anak telah memiliki kesisapan cukup memadai, baik dilihat dari fisiknya maupun mental, untuk dapat memenuhi tuntutan pendidikan formal. Dalam hubungan tuntutan yang bertalian dengan aspek penguasaan materi atau bahan pelajaran , dan kemampuan membina interaksi antara teman-teman sebaya, berinteraksi dengan guru, kepala sekolah, dan personil sekolah lainya.
ü  Depresi Pada Peserta Didik
Peserta didik dituduh mencuri dompet gurunya oleh teman sebayanya, atau hal-hal lain yang membuat peserta didik merasa malu pada saat berada dilingkingan sekolah. Akibatnya anak tersebut tidak suka dan tidak mau lagi datang kesekolah  karena malu. Gangguan tersebut jaga dapat mengakibatkan seorang peserta didik tidak suka bersenang-senang , tidak dapat berkonsentrasi, kurang tidur, selera makan kurang , mulai berbuat kejelekan di sekolah, dan peserta didik selalu mengeluh dengan masalah jasmaninya.
ü  Perawatan Problema  Emosional
Pilihan untuk perawatan secara khusus untuk gagasan tertentu sangat tergantung berbagai faktor, misalnya problema yang bersifat alamiah , kepribadian anak, kesediaan orang tua untuk berpartisipasi kemudahan diperolehnya perawatan dalam masyarakat , sosial ekonomi orang tua, dan orientasi profesionasal pada pertama kali berkonsultasi.
  1. Perkembangan Kognitif
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan kemampuan memperimbangkan kemungkinan masa depan , mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel , menguji hipotesis dan menarik kesimpulan atas kejadian yang mereka tidak mengalaminya secara langsung. Titik puncak atau jatuh tempo perkembangan kognitif ketika peserta didik sudah memasuki usia dewasa dan jaringan sosial semakin berkembang. Ketika itu pula kemampuan otak dan jaringan sosial menawarkan lebih banyak kesempatan dibandingkan dengan fase sebelumnya untuk bereksperimen dengan kehidupan. Pengalaman sosial membuktikan sebagian peserta didik yang sesungguhnya cerdas , namun berprestasi kurang (underachiever), akibat tidak mengoptimasi diri.  Banyak hasil studi membuktikan kemampuan rasional yang abstrak dan kritis berkembang melaui proses pendidikan dan pembelajaran serta pelatihan secara kontinyu. Sehingga dapat diberi makna kecerdasan intelektual seorang dapat terus meningkat .
Pada perkembangan kognitif ini membahas perkembangan intelektual  yang mana menurut Robert Sterenberg, kecerdasan terdiri dari tiga aspek atau dikenal dengan triakis teori (triachic theory), yaitu : componential, experimental, dan contextual.
·         Komponensial adalah aspek kritis, pengalaman adalah aspek berwawasan, dan kontekstual, adalah aspek praktis. Kebanyakan tes kecerdasan (Tes IQ) hanya mengukur kecerdasan komponensial walaupun kegiatanya diperlakukan untuk memprediksi keberhasilan akhir seseorang dalam hidupnya. Kecerdasan komensial juga melibatkan metakolognisi (matacognition), yang merupakan sebuah proses kesadaran kognitif seseorang , suatu kemampuan pribadi yang oleh beberapa ahli dikalaim sebagai sangat penting untuk memecahkan aneka masalah.
·         Kecerdasan eksperensial (experential intelligence) adalah kemampuan mentransfer pembelajaran secara efektif untuk memperoleh keterampilan baru. Dengan kata lain kecerdaasan eksperiensial adalah kemampuan untuk membandingkan informasi lama dan baru dan untuk mendapatkan fakta bersama dengan cara-cara yang asli. Individu yang kuat dalam kecerdasan eksperiensial atau kecerdasan pengalaman mampu mengatasi dengan baik hal-hal baru dan cepat belajar memuat tugas-tugas baru secara otomatis.
·         Kecerdasan kontekstual (contextual intellegence) adalahn kemampuan untuk menerapkan kecerdasan praktis , termasuk memiliki kepedulian sosial, budaya, dan konteks historis.  Individu yang kuat dalam kecerdasan kontekstual  dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan mereka , dapat berubah ke lingkungan lainya, dan bersedia memperbaiki lingkungan mereka bila diperlukan. Bagian penting kecerdasan kontekstual adalah pengetahuan diam-diam (tacit knowledge) atau perolehan pengalaman yang “cerdas” yang tidak secara langsung diajarkan. Pengetahuan tasit ( diam-diam, tersembunyi) adalah kemampuan memahami mekanisme kerja sistem untuk mencapai keuntungan tertentu.
4.   Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial ini sama dengan perkembangan afektif yang menyangkut perkembangan sikap, aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama teman-teman sebayanya.Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut berkembang secara seimbang.Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek. Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan kesiapan anak, bukan dengan paksaan.
Menurut ERICK ERICKSON perkembangan Psycho-sosial atau perkembangan jiwa manusia yang dipengaruhi oleh masyarakat dibagi menjadi 4 tahap:
1.   Trust- Mistrust (usia 0-1 tahun)
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri. Fokus terletak pada Panca Indera, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2.   Otonomi/Mandiri - Malu/Ragu-ragu (usia2-3 tahun)
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa 'nakal'-nya. sebagai contoh langsung yang terlihat adalah mereka akan sering berlari-lari dalam Sekolah Minggu. Namun kenakalannya itu tidak bisa dicegah begitu saja, karena ini adalah tahap dimana anak sedang mengembangkan kemampuan motorik (fisik) dan mental (kognitif), sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untuk mengembangkan motorik dan mentalnya. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting di sekitarnya (Orang Tua - Guru Sekolah Minggu)
3.   Inisiatif - Rasa Bersalah (usia 4-5 tahun)
Dalam tahap ini anak akan banyak bertanya dalam segala hal, sehingga berkesan cerewet. Pada usia ini juga mereka mengalami pengembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi. Mereka sudah lebih bisa tenang dalam mendengarkan Firman Tuhan di Sekolah Minggu.
4.   Industri/Rajin - Inferioriti (usia 6-11 tahun)
Anak usia ini sudah mengerjakan tugas-tugas sekolah - termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
5.   Perkembangan Psikomotor
Perkembangan psikomotor merupakan perkembangan yang menyangkut kretivitas ,yaitu yang menjadi bagian integral dari proses perkembangan kognitif. Ketika memasuki usia dini perkembangan kognitif anak memperlihatkan kecendrungan suasana instuitif. Semua perbuatan rasionalnya tidak banyak memperoleh dukungan dari pemikiran , melainkan sangat kuat dipengaruhi oleh perasaan , kecendrungan alamiah , sikap-sikap yang diperoleh dari orang dewasa dan lingkungan sekitarnya.Hal-hal yang dapat mempengaruhi perkembangan psikomotor, antara lain :
    a.    Adanya stimulus yang sesuai dengan stimulus anak
    b.    Orang tua atau pengasuh dalam memberikan rangsangan
     c.    Melalui latihan-latihan yang tepat, menjadikan anak akan semakin terampil (Gamayanti, cit Prasetyawati, 2007).
          Menurut Piaget dan beberapa pakar lainya, faktor-faktor yang memungkinkan semakin berkembangnya kreativitas itu adalah sebagai berukut :
·         Kemampuan berimajenasi tentang sesuatu, meskipun masih memerlukan bantuan objek-objek konkret.
·         Kemampuan berpikir logis dalam bentuk sederhana.
·         Kemampuan menampilkan operasi-operasi mental .
·         Berkembangnya kemampuan memelihara identitas diri.
·         Meluasnya konsep tentang ruang sudah semakin meluas.
·         Kesadaran akan adanya masa lalu , masa kini, dan masa yang akan datang.
Ketika memasuki usia sekolah menengah pertama , interaksi anak dengan lingkungan semakin meluas. Perkembangan kreativitas pada masa ini sangat potensial dan relatif mudah diaktualkan . beberapa faktor yang mendukung perkembangannya perkembangan kreativitas yang dimaksud yaitu :
·         Kemampuan mengkombinasikan tindakan secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.
·         Kemampuan melakukan kombinasi objjek-objek secara proporsional berdasarkan pemikiran logis.
·         Pemahaman relatif tntang ruang dan waktu.
·         Kemampuan memisahkan dan mengendalikan variabel-variabel dalam menghadapi masalah yang kompleks.
·         Kemampuan melaksanakan abstraksi refleksi dan berfikir hipotesis.
·         Kemampuan menunjukan “keidealan” diri pribadi.
·         Kemampuan menguasai bahasa abstrak.
·         Kemampuan merefleksi masa depan.
·         Kemampuan membedakan aneka fenomena dan objek.
Menurut Piaget perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'. Menyampaikan cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 tahun)
Pada usia ini anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit.  Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis. Namun dalam menyampaikan berita Injil harus diperhatikan penggunaan bahasa.
4.   Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
KESIMPULAN
Perubahan peserta didik yaitu merupakan proses dimana manusia yang sedang  berusaha mengembangkan potensi diri pada lembaga formal maupun non formal. Proses perubahanya terdiri dari perkembangan fisik (motorik), perkembangan Emosi, perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, dan perkembangan psikomotor.
Dimana dalam hal ini perkembangan fisik meliputi  perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh, tubuh, penampilan, serta fungsi berbagai sistem tubuh, perkembangan emosi meliputi kemampuan anak untuk mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya, perkembangan kognitif meliputi kemampuan memperimbangkan kemungkinan masa depan, mencari jawaban, menangani masalah dengan fleksibel, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan atas kejadian yang mereka tidak mengalaminya secara langsung. Perkembangan psikososial yang meliput perkembangan sikap, aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya.dan perkembangan psikomotor meliputi perkembangan yang menyangkut kretivitas, yaitu yang menjadi bagian integral dari proses perkembangan kognitif.
Adapun tugas perkembangan peserta didik (Havighurst,1953) yaitu: pertama, kematangan fiasik, misalnya untuk belajar berjalan. Kedua, kekuatan sosiostruktural dan budaya, misalnya, umur minimum untuk perkawinan, umur minimum untuk memperoleh surat Izin Mengemudi (SIM), dan ketiga, nilai-nilai pribadi dan aspirasi. Faktor  yang paling utama pada perkembangan  peserta didik yaitu  perkembangan fisik (motorik), perkembangan Emosi, perkembangan kognitif, perkembangan psikososial, dan perkembangan psikomotor .
SARAN

Peserta didik merupakan individu yang sedang mengembangkan potensi diri yang ada didalam diri mereka masing-masing, perkembangannya dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti perkembangan fisik (motorik), perkembangan emosi, perkembagan kognitif, perkembangan psikososial, dan perkembangan psikomotor.
Keseluruhan aspek tersebut saling terintegrasi yang menggambarkan perkembangan seutuhnya dari peserta didik.
Bagi orang tua dan guru yang merupakan peranan yang paling penting dalam perkembangan peserta didik, diharapkan mampu melihat kebutuhan peserta didik untuk menunjang perkembangan peserta didik dalam seluruh aspek perkembagan, agar peserta didik dapat berkembang dengan baik sesuai tujuan.
Bagi  lembaga kepemerintahan yang menyediakan sarana perkembangan peserta didik, diharapkan tidak membedakan kemampuan para peserta didik dari segi ekonomi, fisik, sosial, dan budaya.
Bagi peserta didik diharapkan mampu memotivasi diri sendiri untuk mencapai prestasi.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Penerbit ALFABETA.
Sumatri, Mulyani dan Syaodih, Nana. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar